CARa PENANGANAN LIMBAH PADAT
Sampah yang dihasilkan manusia
begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah
pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia untuk
menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut memiliki
kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan manusia
yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu,
masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat
menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa
metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan.
1.
Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan utama penanganan sampah
dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi
sementara lahan untuk penimbunan akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun
sebagian besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan
untuk waktu yang sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat
berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta air. Gas metan yang terbentuk
dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan beresiko meledak.
2. Inseinerasi
Insinerasi adalah pembakaran
sampah/Iimbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan
dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa
mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan. Meski
demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalaminsinerator. Jenis
limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik,
dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk
insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3. Pembuatan
Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat
dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan,
melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos
berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang
diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu
penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan saIah sate cara terbaik untuk mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada
yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan
menggunakan kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme, atau cacing tanah.
Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual di pasaran dan dapat
digunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (Effective Microorganism 4). EM4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi
limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun
pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung
mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, di antaranya
Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces sp.,
dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan
EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu menguraikan bahan organik. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetida. Cacing tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos menyebabkan pembentukan kompos menjadi lebih efektif dan cepat.
4.
Membuat Biogas
Biogas dari kotoran sapi diperoleh dari dekomposisi anaerobik dengan bantuan mikroorganisme. Pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam keadaan anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Proses fermentasi untuk pembentukan biogas maksimal pada suhu 30-55 C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Berikut adalah komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan
Peralatan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi
:
a. Bak
Penampungan sementara
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat mengencerkan kotoran sapi.
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat mengencerkan kotoran sapi.
b.
Digester
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
c. Plastik
Penampungan Gas
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
d. Kompor
Gas
Berfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan api. Api inilah yang digunakan untuk memasak.
Berfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan api. Api inilah yang digunakan untuk memasak.
e. Bak
penampungan Kompos
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari digester.
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan kedalaman 1 m sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari digester.
Tahapan Pembuatan
Biogas Kotoran Sapi.
Setelah peralatan digester selesai dipasang maka selanjutnya adalah tahapan pembuatan biogas dari kotoran sampi dengan cara sebagai berikut :
Setelah peralatan digester selesai dipasang maka selanjutnya adalah tahapan pembuatan biogas dari kotoran sampi dengan cara sebagai berikut :
1)
Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di
buang dari bak penampungan. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari
kotoran sapi.
2)
Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke
digester. Pada pengisian pertama digester harus di isi sampai penuh.
3)
Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1
liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk
kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup
supaya terjadi proses fermentasi.
4)
Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari
ke -1 sampai ke - 8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan
CO2 27% maka biogas akan menyala.
5)
Pada hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk
menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini
kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini
tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
6)
Digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga
dihasilkan biogas yang optimal.
7)
Kompos yang keluar dari digester di tampung di bak penampungan
kompos. Kompos cair di kemas ke dalam deregent sedangkan jika ingin di kemas dalam
karung maka kompos harus di keringkan.
5. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur
ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi
timbunan sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah
kertas, kaca, logam (seperti besi, baja, dan alumunium), plastik, dan karet.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru
yang jenisnya sama atau produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa didaur
ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa
didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur dengan aspal
untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang
menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik
jenis polyetilen terftalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk
lain, seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil. Gelas dan
peralatan plastik
PENUTUP
KESIMPULAN:
Sampah yang
dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan
banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan
manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah
diterapkan manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan
sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau
modifikasi yang dapat menyempurnakan metode yang telah ada. Penanganan limbah
padat yang sangat banyak dapat kita lakukan dengan cara cara atau metode Penimbunan,Inseinerasi,Pembuatan
kompos,Pembuatan biogas DAN Daur ulang
SARAN
SARAN
Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah
sejak dini merupakan tindakan yang amat baik untuk masa depan. Lingkungan sehat
kita juga sehat lingkungan tercemar kita juga yang menderita. Bersama-sama kita
wujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Merit Casino Review ᐈ Merkur Sportsbook Review + Free
BalasHapusThe review of Merkur Sportsbook ⭐ contains everything you need to know about the bonus code and 샌즈카지노 its In addition to live betting and live dealer games, Rating: 4.8 메리트카지노 · choegocasino Review by Ana-Maria Ciobanu